Belajar Bersabar #1
Dear Kecemut Ibu yang super!
Tak terasa sudah tiga kali Sabtu, kita tidak kencan. Sungguh waktu yang lama, sangat lama. Ah...jangankan berkencan, untuk sekadar membelai pipi kamu saja Ibu belum bisa lama-lama. Keterlaluan, ya. Eh...tapi Ibu merasa bahagia karena melihat pipi kamu tambah gembil, perut kamu makin berisi, dan tumbuh tinggi. Ya, setelah lebaran, nafsu makan kamu bertambah. Ngemilnya makin banyak juga. Alhamdulillaah.
Sabtu ini adalah Sabtu kedua setelah libur lebaran. Harusnya kita sudah bisa kencan, lho. Tapi sayang banget, Ibu masih kekeuh memilih berteman dengan laptop untuk melunasi hutang tulisan. Rencananya Sabtu ini Ibu akan menyelesaikan hutang tulisan. Doakan saja semoga bisa segera terlunasi dan setelahnya kita bisa kencan!
Seperti biasa, tiap kali Ibu sibuk dengan menulis, kamu pasti tidak di rumah. Bermain bersama teman-teman atau mamak menjadi pilihan. Tapi pada waktu tertentu, kamu akan pulang nyamperin Ibu di kamar yang sedang asyik mengetik. Ibu merasa kamu sudah tumbuh dewasa, selalu mengerti dan bisa memahami kesibukan Ibu. Luar biasa. Terima kasih untuk yang satu ini ya, nak.
Siang tadi, Ibu terlalu semangat menyampirkan handuk hingga mengenai lampu. Ibu tidak menyangka kamu bakal setakut itu melihat lampu yang bergerak terus menerus karena kesenggol handuk. Takut, lalu menangis. Saat seperti itu, harusnya Ibu menenangkan kamu, ya. Biasanya dipeluk beberapa saat saja kamu sudah tenang, kan. Eh...malah Ibu mengunci kamar mandi dari dalam, kita berdua ada di dalam kamar mandi, dan tangisan kamu tambah keras. Ibu merasa emosi ini sedang tidak stabil. Sampai-sampai membiarkan kamu keluar dari kamar mandi padahal sudah siang banget dan kamu belum mandi.
Kamu keluar dari kamar mandi, kemudian lari ke arah mbah uti yang sedang masak sop di dapur. Lari dengan kencang seperti ketakutan. Tapi kali ini bukan ketakutan karena melihat lampu yang terus bergerak, melainkan takut karena Ibu tidak bisa memberi kamu ketenangan. Membiarkan kamu keluar dari kamar mandi sebelum kamu merasa tenang adalah hal terbodoh yang Ibu lakukan siang itu.
Nak, Ibu minta maaf karena belum bisa bersabar. Tolong terus bantu Ibu untuk lebih bersabar, ya.
Tak terasa sudah tiga kali Sabtu, kita tidak kencan. Sungguh waktu yang lama, sangat lama. Ah...jangankan berkencan, untuk sekadar membelai pipi kamu saja Ibu belum bisa lama-lama. Keterlaluan, ya. Eh...tapi Ibu merasa bahagia karena melihat pipi kamu tambah gembil, perut kamu makin berisi, dan tumbuh tinggi. Ya, setelah lebaran, nafsu makan kamu bertambah. Ngemilnya makin banyak juga. Alhamdulillaah.
Sabtu ini adalah Sabtu kedua setelah libur lebaran. Harusnya kita sudah bisa kencan, lho. Tapi sayang banget, Ibu masih kekeuh memilih berteman dengan laptop untuk melunasi hutang tulisan. Rencananya Sabtu ini Ibu akan menyelesaikan hutang tulisan. Doakan saja semoga bisa segera terlunasi dan setelahnya kita bisa kencan!
Seperti biasa, tiap kali Ibu sibuk dengan menulis, kamu pasti tidak di rumah. Bermain bersama teman-teman atau mamak menjadi pilihan. Tapi pada waktu tertentu, kamu akan pulang nyamperin Ibu di kamar yang sedang asyik mengetik. Ibu merasa kamu sudah tumbuh dewasa, selalu mengerti dan bisa memahami kesibukan Ibu. Luar biasa. Terima kasih untuk yang satu ini ya, nak.
Siang tadi, Ibu terlalu semangat menyampirkan handuk hingga mengenai lampu. Ibu tidak menyangka kamu bakal setakut itu melihat lampu yang bergerak terus menerus karena kesenggol handuk. Takut, lalu menangis. Saat seperti itu, harusnya Ibu menenangkan kamu, ya. Biasanya dipeluk beberapa saat saja kamu sudah tenang, kan. Eh...malah Ibu mengunci kamar mandi dari dalam, kita berdua ada di dalam kamar mandi, dan tangisan kamu tambah keras. Ibu merasa emosi ini sedang tidak stabil. Sampai-sampai membiarkan kamu keluar dari kamar mandi padahal sudah siang banget dan kamu belum mandi.
Kamu keluar dari kamar mandi, kemudian lari ke arah mbah uti yang sedang masak sop di dapur. Lari dengan kencang seperti ketakutan. Tapi kali ini bukan ketakutan karena melihat lampu yang terus bergerak, melainkan takut karena Ibu tidak bisa memberi kamu ketenangan. Membiarkan kamu keluar dari kamar mandi sebelum kamu merasa tenang adalah hal terbodoh yang Ibu lakukan siang itu.
Nak, Ibu minta maaf karena belum bisa bersabar. Tolong terus bantu Ibu untuk lebih bersabar, ya.
0 komentar
Haai...mohon dimaafkan kalau aku terlambat atau malah ngga balas komentar kalian, ya.