Dear Kecemut Ibu yang kini sudah 2 tahun lebih 4 bulan...
Nak, semoga kamu masih ingat saat pertama kali menginjakan kaki di atas pasir Pantai Parangtritis, ya. Pasir pantai yang seharian kena terik matahari, dan panasnya masih membekas meski kita sampai Pantai jam 16.00 WIB lebih dikit. Kaki mungilmu berjalan di atas pasir tanpa alas. Telapak kaki Ibu saja merasakan panas yang luar biasa, apalagi kamu. Kamu yang pada dasarnya lebih suka jalan, akhirnya minta gendong karena mungkin telapak kaki ngga tahan menginjak pasir terus-terusan. Selain panas, mungkin bagimu terasa geli.
"Panas, Bu. Geliiii, Bu. Panaass. Gendong, Bu." Teriakmu sore itu. Namun Ibu ngga bisa menggendongmu karena membawa tas yang berisi mainan dan mencangking sandal Ibu supaya ngga kena pasir.
Sungguh, kita bisa sampai pantai bukan hanya karena keinginan Ibu semata atau keegoisan Ibu yang sudah lama ngga melihat desiran ombak. Namun ada beberapa hal yang ingin Ibu kenalkan ke kamu, yaitu tentang isi alam ini. Sesuai keinginan Ibu, bukan janji tapi Ibu selalu berusaha memberi pengetahuan baru. Setidaknya apa yang telah kamu lihat di buku yang tiap hari, televisi atau media belajar lainnya, dapat dinikmati secara langsung.
Nak, semoga kamu masih ingat saat pertama kali menginjakan kaki di atas pasir Pantai Parangtritis, ya. Pasir pantai yang seharian kena terik matahari, dan panasnya masih membekas meski kita sampai Pantai jam 16.00 WIB lebih dikit. Kaki mungilmu berjalan di atas pasir tanpa alas. Telapak kaki Ibu saja merasakan panas yang luar biasa, apalagi kamu. Kamu yang pada dasarnya lebih suka jalan, akhirnya minta gendong karena mungkin telapak kaki ngga tahan menginjak pasir terus-terusan. Selain panas, mungkin bagimu terasa geli.
"Panas, Bu. Geliiii, Bu. Panaass. Gendong, Bu." Teriakmu sore itu. Namun Ibu ngga bisa menggendongmu karena membawa tas yang berisi mainan dan mencangking sandal Ibu supaya ngga kena pasir.
Andai Pantai itu dekat dengan rumah kita ya, Nak. Tiap hari ginian... Hahaha |
Nak, bermain pasir sepuasnya di pantai, ini adalah salah satu mimpi kita. Ya, kita yang biasanya mainan pasir amat terbatas di samping rumah, sore itu kita mengumpulkan pasir tanpa bingung mau mengeruk di mana lagi, lalu mencetaknya berjejer. Persis seperti yang telah kita lakukan jika main pasir di rumah.
Betapa bahagianya Ibu melihat kamu begitu semangat memasukan pasir ke dalam wadah, lalu menumpahkannya membentuk tabung. 🛢 Sesekali kamu melihat beberapa delman bersliweran di pinggir pantai. Kamu juga sempat meminta untuk naik delman menyusuri tepian pantai. Tapi karena sore itu hari makin gelap, Ibu ngga memenuhi keingnan kamu. Ingat pesan Mbah Uti, kan? Bahwa, kita musti lebih berhati-hati bila bedug tiba. Mungkin lain waktu, ya.
Nampaknya kamu ngga akan bosan bermain seharian di pantai. Belum lagi ombak yang beberapa kali menghampirimu saat sedang mengambil pasir. Ekspresi kamu saat itu antara kaget, ingin lari, dan mengikuti arus ombak. Sayang banget, matahari makin menjauh. Ibu harus segera menggendongmu, menyudahi permainan ini. Angin sore ngga menyehatkan, apalagi Ibu harus membersihkan seluruh tubuhmu yang terkena pasir. 🏖
Betapa bahagianya Ibu melihat kamu begitu semangat memasukan pasir ke dalam wadah, lalu menumpahkannya membentuk tabung. 🛢 Sesekali kamu melihat beberapa delman bersliweran di pinggir pantai. Kamu juga sempat meminta untuk naik delman menyusuri tepian pantai. Tapi karena sore itu hari makin gelap, Ibu ngga memenuhi keingnan kamu. Ingat pesan Mbah Uti, kan? Bahwa, kita musti lebih berhati-hati bila bedug tiba. Mungkin lain waktu, ya.
Agaknya kagum dengan ombak yang ada di depanmu... |
Nak, semoga Ibu bisa mengajak kamu main ke pantai lagi, beda obyek, dan beda jenis pasir. Kalau ngga ke Pantai Pink, ya Pantai Menganti. Pinginnya, sih, pantai yang ada banana boatnya atau speed boat, biar kita bisa ngeng-ngeng di atas pantai. 🤹♀️