Notes: Artikel ini cukup fulgar. Silakan mencari pendamping terlebih dahulu sebelum membacanya, ya. 😂
Segala kebutuhan perihal paska melahirkan, ternyata pernah menjadi obrolan yang menarik bagi aku dan suami. Ya, usai mempersiapkan segala kebutuhan untuk menyambut kelahiran Yasmin, ada beberapa hal yang mendadak serius kami bicarakan. Salah satunya adalah Keluarga Berencana (KB) setelah melahirkan.
Kami tetap merencanakan KB, meski saat itu pernah bingung, deg-degan, was was, setelah mendengar testimoni dari beberapa saudara, dan juga teman yang pernah atau masih menggunakan alat kontrasepsi.
Duuuh...sebenarnya KB yang aman setelah melahirkan pakai apa, sih?
Saat usia Yasmin dua bulan, aku sempat mengikuti kelas menyusui. Pemateri pernah menyampaikan bahwa semua alat KB itu aman. Satu hal yang menjadi catatan, Ibu memberikan ASI penuh atau ngga kepada bayinya. Karena ada KB yang dapat menyebabkan pengurangan kuantitas ASI. Yaitu KB suntik bulanan. Sementara alat KB lainnya seperti Pil, IUD, Spiral, Suntik Tiga Bulanan, Kondom, amaaan.
Segala alat KB yang aku sebutin itu, semuanya berisiko. KB Pil, misalnya. Ini rentan banget dengan sifat manusia yang kadang pelupa. Nah, kalau sampai lupa minum pil KB, harus tau trik jitu supaya KB tetap berhasil. Ada, lho, triknya. Tapi aku ngga paham karena aku ngga pakai KB ini. 😂
Lalu, aku KB apa setelah melahirkan?
Adalah IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Ini pilihan kami, dan kami yakin insya allah aman. Meski banyak rumor menakutkan yang bertebaran di masyarakat, aku tetap maju tak gentar. Tentunya denga support suami, dong.
Beberapa rumor yang sempat menghantuiku sebelum akhirnya memilih IUD diantaranya:
- IUD kurang aman, karena tau-tau bisa kebobolan. Ini ngeri banget. Ngebayangin baru punya bayi usia tujuh bulan, lalu hamil lagi.
- IUD kurang aman, karena bisa "lari" atau hilang entah kemana. Ini lebih ngeri. Lari atau hilangnya IUD pasti ada penyebabnya. Bisa jadi karena saat awal pemasangan kurang tepat. IUD dapat hilang sewaktu-sewaktu saat darah haid sedang banyak. Secara alami, ia lepas dari dinding rahim, dan tanpa sadar turut di dalam darah.
- IUD membuat suami tersiksa. Waaainii...yang mengalami seperti ini, pasti kalian bohong. Jangan nakut-nakutin deh. Kami sampai sekarang aman nyaman asyik sejahtera, kok. Japri aja kalau ngga percaya. 😂
Aaah...rumor yang bedebah banget. Emang ya, paling jago biat nakutin orang. Untung aku pemeberani. 😂
"Mbak, mau langsung pasang IUD?"
Bu Bidan yang membantu proses kelahiran di Puskesmas langsung menawarkan pemasangan IUD setelah Yasmin lahir. Ya, mereka menawarkan karena sebelum proses kelahiran, aku sempat meminta untuk langsung pasang KB IUD. Karena kondisiku saat itu alhamdulillaah sehat, IUD pun langsung dipasang. Mungkin sebelum proses jahit menjahit. 😂
Keuntungan KB IUD ini memang bisa langsung dipasang setelah bayi lahir. Tanpa menunggu jeda. Keuntungan lain yang kurasa:
- Karena termasuk non hormonal, insya allah aman untuk kesehatan. Kalau saat ini aku semok, itu karena aku banyak makan. Bukan karena IUD. Catet, ya. 😂
- Karena cuma pasang satu kali untuk jangka waktu tertentu, maksimal 8 tahun. Ngga ada jadual bulanan ke dokter atau bidan seperti KB Pil atau Suntik. Ke Dokter cuma setahun sekali untuk mengetahui posisi IUD dengan cara USG.
- Biaya lebih terjangkau. Iyaa, bayar cuma sekali pas pasang. Untuk harga, tergantung pemilihan model IUD: model Y atau T. Sementara untuk USG, satu tahun sekali USG dengan membayar Rp 100.000. Eeh, Pil KB dan Suntik lebih murah, ya?
Ada keuntungan, rasanya kurang adil kalau ngga membagikan kelemahannya, ya. 😂 Kelemahan IUD bagiku itu cuma satu, yaitu saat cek pertama kali paska melahirkan atau H+40. Duuuuh...bikin nyeri. Apalagi kalau benangnya terlalu panjang, dan mengganggu. Duuuh...
Etapi sekarang sudah ada inovasi, lho. Yaitu saat pemasangan IUD, benang sudah benar-benar pendek, tanpa mengurangi keamanan. Ngga usah merinding, ya. Biasa saja. Melahirkan saja berani, masa cuma pasang IUD ngga berani.
Ingat, kalian pemberani, lho. 😘
Beberapa temanku ada yang kaget saat tahu aku langsung pakai KB paska melahirkan. Banyak yang berpendapat, baiknya pasang KB setelah usia bayi tiga bulan. Lebih aman untuk kesehatan Ibu dan Bayi. Tapi ternyata itu ngga berlaku untuk KB IUD. 😛
Ada juga yang berpendapat, selama Ibu memberikan ASI kepada anak, itu termasuk KB, dan Ibu ngga perlu pakai alat KB. Semisal BuIbu pada yakin dengan ini, lakukan. Tapi kalau ngga yakin, pakai alat KB saja, ya. Daripada ragu, dan nanti malah timbul kebobolan. 😂
Jadi, buat BuIbu yang lagi bingung memilih KB paska melahirkan, terpenting yakin dengan pilihan KBnya. Karena keyakinan ini lah yang membuat BuIbu lebih percayadiri. Jangan lupa atas pengetahuan suami juga, ya. 😉