"Ibuuk, turuun. Ibuuuuuk, turuuuuun."
Sesampainya di kaki bukit tranggulasih, Yasmin mulai ubres dalam gendonganku. Dia terus menggerakan kakinya dengan manja karena ingin turun, dan jalan sendiri. Dengan berat hati, aku ngga bisa memenuhi permintaannya karena kami sampai bukit malam hari, kira-kira pukul 19.00 WIB.
Sebenarnya anak tangga di bukit ini aman untuk dilewati anak-anak, balita sekalipun karena tangganya lebar dan dilengkapi pegangan dari bambu. Tentunya dengan pengawasan, ya. Tapi karena belum ada penerangan dan ngga membawa senter, aku memilih untuk tetap menggendongnya sampai atas bukit. Strooong! 💃 💃💃
Yasmin hampir rewel karena aku ngga menurunkannya. Pelan-pelan aku memberi pengertian, dan menyanyikan lagu untuknya sambil mengusap-usap punggungnya.
"Naik-naik ke puncak gunung, tinggi...tinggi sekali."
"Naik-naik ke puncak gunung, tinggi...tinggi sekali."
Salah satu lagu kesukaannya adalah naik-naik ke puncak gunung. Dia pun turut menyanyi meski hanya mengambil kata terakhir saja.
"Aik-aik ke cak unung...."?
Ini malam-malam nyanyi, apa yang mau diperlihatkan, Buuuk? Petaaaang, euy! 🙊 Aaah...yang penting satu masalah kelaaaar. 😄😄 Ini salah satu yang aku suka saat jalan bersama Si kecil. Pelan-pelan dapat mengaplikasikan lagu anak. Langsung mengenalkan apa yang ada pada lirik lagu. Menyenangkan sekali, bukan?
Baru menapaki beberapa anak tangga, napasku mulai ngos-ngosan. Di belakang kami ada Mbak Prita dan Mas Pradna yang memilih untuk jalan pelan. Fyi, aku dan mbak prita adalah peserta #JuguranBloggerIndonesia dengan perlakuan khusus. Hahaha. Ngga, ding. Gini lho, aku membawa anak usia 18 bulan, sementara Mbak Prita sedang hamil 4 bulan. Makanya, kami ngga bisa seperti peserta lain yang jalan ke bukit hanya membutuhkan waktu 5 menit. Ya, perjalanan normal dari kaki bukit sampai bukit datar (bukit pertama) kira-kira lima menit. Karena membawa beban lebih, kami memilih jalan santai dan menghabiskan waktu 15 menit.
Banyakin selfie, biar ngga ngos-ngosan...🙊 |
Capek ngga?
Orang normal, naik bukit, bawa beban yang ngga hanya badan. Pasti capek. Bawa badan sendiri aja capek, ya. Omong-omong, ini bukan kali pertama aku mengajak Yasmin naik bukit. Tahun lalu, saat usianya satu tahun, aku pernah mengajaknya ke Bukit Scotter bareng teman-teman Blogger juga. Jadi sudah punya sedikit pengalaman. Bedanya, di bukit scotter hanya menyaksikan sunrise, kalau di bukit tranggulasih menyaksikan sunrise sekaligus camping. Ulala...💃💃
"Eeeh...ini masih kecil kok dibawa ke bukit. Ngga takut, nih?"
Ada yang masih bertanya seperti itu. Tanya ngga sekadar bertanya, ada sedikit nada meragukan dan juga mencibir. Makasih udah perhatian, ya. 🙊 Tapi tenang, aku sudah terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya dapat menyiutkan nyali. Jadi ya, sudah kebal. Ngga tak gubris. Soalnya aku sudah punya pegangan, sebelum mengajak Yasmin main, khususnya ke Bukit.
Temani si kecil.... |
Nah, berikut 8 hal yang perlu diperhatikan saat mengajak si kecil naik bukit, khususnya batita. Siapa tahu ada diantara BukIbuk yang mau punya niat untuk mengajak si kecil naik bukit. 💃
- Pastikan si kecil sehat wal afiat.
Selain Ibunya dalam kondisi sehat dan kuat, si kecil juga harus sehat. Bahkan kalau bisa lebih sehat dari Ibunya. Orang tua pasti tahu lah, ya, si kecil sedang dalam keadaan fit atau ngga. Jika dia sedang demam, atau sakit lainnya, jangan sekali-kali mengajaknya jalan, apalagi naik bukit.
Saat mengajak Yasmin naik bukit tranggulasih, alhamdulillaah kesehatan Yasmin lagi oke banget. Makanya aku berani mengajaknya naik bukit. Ya...meski dia sempat meler beberapa saat entah karena apa, tiba-tiba banget. Bisa jadi karena AC mobil, ya.
Saat mengajak Yasmin naik bukit tranggulasih, alhamdulillaah kesehatan Yasmin lagi oke banget. Makanya aku berani mengajaknya naik bukit. Ya...meski dia sempat meler beberapa saat entah karena apa, tiba-tiba banget. Bisa jadi karena AC mobil, ya.
- Yakin.
Kira-kira, ada berapa orang yang ngga mendukung niat kalian naik bukit bersama si kecil? Banyak kah? Barisan yang banyak omong ini dapat mengakibatkan Ibuk galau, down, sampai ngga yakin untuk naik bukit. Kalau udah gini, mending pendam dulu keinginan mengajak si kecil naik bukit. Karena kalau sampai ngga yakin, ada sel-sel tubuh yang mengendur dan membuat kalian hilang semangat. Parahnya nih ya, kadang energi-energi negatif ikut bermunculan juga.
Ingat, kalian akan membawa beban lebih, menemani dan melayani si kecil juga. Jadi harus yakin kalau mau naik bukit, ya. Eh, ini ngga hanya buat naik bukit, sih. Ketika ingin mengajak si kecil jalan, kemana pun. Hanya saja, jika ke bukit harus punya keyakinan lebih. Termasuk yakin kalau si kecil akan baik-baik saja.
- Sabar.
Wiiiih...ini penting banget! Terlebih buat kalian yang membawa si kecil sendirian, hanya dengan Ibu atau Ayah. Seperti yang kulakukan saat membawa Yasmin ke bukit tranggulasih yang ternyata luas banget sampai puncak.
Saat si kecil masuk dunia luar alam, merasakan suasana yang berbeda, terus dia peka, pasti akan ada banyak langkah dan tingkah. Banyak hal yang akan dilakukannya dan kadang diluar dugaan. Ini betul-betul akan menguji kesabaran, Buuk.
Kudu kuaat... |
Jika kalian tipe-tipe orang tua yang hanya punya sedikit stok kesabaran, lebih baik jangan dulu ajak si kecil naik bukit. Kasihan karena dia yang harusnya menikmati alam, atau mungkin eksplore dunia baru, tiba-tiba dicekal karena orang tua kurang sabar mengikuti langkahnya. Yang sabar, yaaa. 💃
- Koordinasi dengan panitia.
Aku ke bukit tranggulasih ngga hanya bersama Yasmin. Bareng teman-teman blogger juga karena ini memang acara semacam famtrip yang diselenggarakan Blogger Banyumas. Sebelum memutuskan untuk naik bukit, aku melakukan koordinasi dengan panitia. Mulai dari jarak tempuh, transportasi, cuaca, suhu, semacam fasilitas di sekitar bukit, sampai dengan ketersediaan headlamp karena kami akan camping.
Beruntung, panitia Juguran Blogger nih super baik, dan perhatian pula. Aku request minta dua sleeping bag dipenuhi, lho. Hihihi. Makasih, Oliph, Mas Pradna, dan panitia. Makasih juga buat fourteen adv yang sudah menyediakan perlengkapan camping yang aman dan nyaman buat kami.
Nyenyak bobok di tendaa... |
Lalu, gimana jika bepergian sendiri? Cari informasi sedetail mungkin. Bisa dengan cara browsing, atau bertanya langsung kepada teman yang pernah ke Bukit yang akan menjadi tujuan. Gampang, tooo?
- Perhatikan kebiasaan Si Kecil sebelum tidur.
Tiap anak, tuh, unik. Semua orang tua paham. Tiap anak punya kebiasaan sendiri saat mau bobok. Semua orang tua tahu. Ada yang harus megang jempol Ibu, usap-usap punggung, atau main dulu sampai lelah. Turuti apa kemauan si kecil saat mau bobok. Ini bobok di bukit, bukan di rumah. Ingat lho, ya.
Pengalamanku saat itu, Yasmin punya teman baru di bukit, anaknya yang punya warung dan seusia, gitu. Jam biologisnya pun berubah drastis. Di rumah dia terbiasa bobok jam 19.00 WIB, dan malam itu dia bobok jam 23.00 WIB. Luar biasa, ya. Hahaha. Itu karena apa? Yasmin maunya main sama teman barunya yang tiap hari bobok larut malam terus. Mainan kursi, lari ke sana-ke mari. Hihihi. Lagi-lagi, sabaar ya, Buuuk.
- Temani si kecil.
Iya...ini kalian lagi ngajak si kecil naik bukit lho, ya. Jadi jangan sampai kalian terlena dengan aktivitas sendiri, atau bermain dengan teman-teman, sementara si kecil dicuekin. Duuh...kasihan, kan. Dia pasti akan kesal. 😂 Makanya, temani si kecil, ajak dia main, eksplor bukit, ikuti langkahnya penuh kesabaran.
Nah, setelah si kecil nyaman atau bahkan lelah yang berujung pada matras (bukan kasur), barulah bisa pepotoan manjaaa. Ini sih aku bangeeet. 😂
Nah, setelah si kecil nyaman atau bahkan lelah yang berujung pada matras (bukan kasur), barulah bisa pepotoan manjaaa. Ini sih aku bangeeet. 😂
- Bawa mainan favorit si kecil, perlengkapan penting, dan stok camilan dan minuman.
Yuups...ini penting juga, ya. Mainan dan perlengkapan si kecil. Bawa beberapa mainan favorit si kecil. Ini bisa buat selingan saat si kecil mulai bosan main atau sedang rewel. Perlengkapan penting milik si kecil pun jangan sampai ketinggalan, ya. Ini beberapa perlengkapan yang harus dibawa camping diantaranya: minyak telon, tisu basah, tisu kering, pakaian ganti, popok sekali pakai, dll dll.
Oiya, pastikan si kecil dalam keadaan hangat, ya. Pakai kaus kaki, jaket, jilbab (kalau perempuan), pokoknya jangan sampai dia kedinginan, kasihan. Apalagi yang alergi dingin, tuh. Kan suka ada, ya. Ya...meski di bukit tranggulasih itu ngga begitu dingin, persiapan total tetap perlu. 💃
Ini Bale Raos, bukan warung di Bukit. . .Hahaha |
Di bukit tranggulasih tuh udah ada warung yang menurutku cukup lengkap. Pasta gigi saja, ada lho. Makanan ringan, roti, juga ada. Tapi, ngga ada salahnya bawa makanan atau camilan favorit si kecil. Siapa tahu, dia ngga suka dengan makanan yang ada di warung, kan.
Btw... kalian yang punya anak kecil dan masih strong, ngga pingin ngajak si kecil naik bukit juga? Asyik lho ngajak Si Kecil naik bukit, jalan bareng orang dewasa, sesekali. Main ke Banyumas, sempetin ke Bukit Tranggulasih, deh. Ngga bakal nyesel, kok. Insya allah aman! 💃 💃💃
🙂 Catatan Perjalanan “Juguran Blogger Indonesia 2017” kerjasama antara Komunitas Blogger Banyumas dengan Bappeda Litbang Banyumas dan didukung oleh Bank Indonesia Perwakilan Purwokerto. Makasih buat PANDI, @fourteen_adv, @lojadecafe, dan Hotel Santika Purwokerto yang turut mendukung acara ini. 🙂