Haaai Halo, sampai juga pada arisan ketiga #KEBloggingCollab, nih. Lagi-lagi, temanya rada-rada berat. Iyaa...tema yang digagas oleh kelompok Najwa Shihab memang dari minggu ke minggu selalu berat. Tema tentang Poligami, misalnya. Beraaat bangett. Sampai bikin kepala nyut-nyutan saat nulis. Hahaha.
Dan kini kembali putar otak. Adalah tentang Kids Zaman Now. Tema yang sedang hits dan beberapa hari lalu pernah menjadi trending topik di jagad maya. Ini grup cerdas amat, ya. Tulisan yang menjadi trigger pun selalu sedap. Silakan baca tulisan si Ayu yang berjudul fenomena kids zaman now.
Munculnya istilah Kids Zaman Now sebenarnya ngga membuatku terlalu was was. Mungkin karena aku tinggal di desa yang mana perilaku anak-anak di sini insya allah bisa dibilang aman. Belum ada kasak-kusuk yang meresahkan orang tua maupun masyarakat. Asli, ngga ada yang bikin heboh dengan tingkah laku mereka kecuali jam tidur siang tapi mereka masih asyik main petak umpet di pertigaan dekat rumahku. Biasanya ada yang negur. Tapi mereka tetap saja kekeuh bermain. Sabodooooo. Hahaha.
Aku ngga perlu menjelaskan detail kelakuan si anak zaman sekarang yang memang bukin gerah itu, ya. Aku juga ngga perlu mengunggah foto-foto mereka yang ngga layak tayang itu. Ogah banget memviralkan foto yang ngga senonoh itu. Mengotori Blog yang suci ini. Qiqiqi
Sebenarnya risih, sih, kalau melihat adegan baik di foto maupun video kids zaman now yang diunggah di sosial media. Atau, percakapan berupa pesan singkat yang bernada mesra padahal mereka masih duduk di bangku SD. Belum lagi, kelakuan lain yang kadang membuat orang tua atau bahkan tetangga, ngga nyaman melihatnya. Grrr...
Kadang ada beberapa anak atau bahkan orang tua merasa bangga dengan perilaku para kids zaman now sampai mereka terlanjur salah menyikapi. Orang tua seperti belum paham, mana yang bisa dibanggakan, mana yang perlu prihatin.
Anak SD dapat mengoperasikan gadget dengan baik. Orang tua bangga? Eeeumh...kadang ada yang merasa demikian. Bangga bila anak-anak mengoperasikannya sesuai dengan kebutuhan, dan ngga keluar dari zona aman. Tapi kalau sampai salah atau luput dalam menggunakannya, siapa yang menjadi sasaran utama? Orang tua juga, kan? Euuumh...
Anak SMP sudah bisa naik sepeda motor, sementara di usia mereka belum cukup untuk dibuatkan SIM. Orang tua bangga? Kadang demikian. Anak bangga? Sebagian besar bahagia karena seolah mendapat kepercayaan dari orang tua. Ngga banyak anak yang benar-benar memanfaatkannya dengan baik. Beruntungnya, banyak orang tua yang membelikan sepeda motor untuk anak, tuh, yang sesuai dengan usia. Yaa...kalau lihat anak SMP pakai motor gede kan ngga cocok, ya.
Memang, banyak orang tua yang mampu membeli minimal dua barang di atas yang kadang dapat menjadikan anak lebih percaya diri. Tapi setelah terbeli, anak dibiarkan "lari" sendiri. Mungkin ini menjadi latar belakang munculnya generasi kids zaman now.
Aku dan suami termasuk orang tua yang ngga takut dengan perkembangan zaman, khususnya dengan kemajuan teknologi. Di usianya yang ke dua puluh satu tahun, Yasmin sudah kami kenalkan dengan gadget. Bukan mengenalkan seperti memberi tutorial untuk ini itu, tapi lebih pada fungsi. Dan untuk sementara ini, dia baru paham bahwa smartphone yang tiap hari dia lihat bisa digunakan untuk nonton video lagu-lagu anak yang sudah kami unduh dan juga telephone.
"Halo Ayah, Halo Ibuu." Dia membawa handphone, lalu didekatkan ke telinga seraya menyapa orang tuanya. Ngga ada istilah panggilan keluar yang sungguhan, dia hanya meniru orang di sekitarnya yang sering interaksi dengan handphonenya.
Dalam sehari, kami memberi akses main handphone untuk Yasmin hanya dua kali. Setelah bobok siang, dan malam hari. Selebihnya, dia main bersama teman-teman atau bermainan sesuai keinginannya tapi bukan gadget. Lebih pada interaksi dengan teman-teman, atau permainan lain yang menurutnya menyenangkan. Seperti mainan pasir, gitu. Dia bakal betah meski hanya mengeruk pasir dan memindahkannya ke dalam wadah. Bahagianya receeh pisan, ya. Hihihi
Aku dan suami termasuk orang tua yang ngga takut dengan perkembangan zaman, khususnya dengan kemajuan teknologi. Teknologi secanggih apa yang muncul sekarang, mau ngga mau kami diterima karena kami ngga mau ditinggal zaman. Ketinggalan zaman sih masih bisa menyusul, ya. Kalau ditinggal? Kan jatuhnya sakit hati. Hahaha.
Dan kini kembali putar otak. Adalah tentang Kids Zaman Now. Tema yang sedang hits dan beberapa hari lalu pernah menjadi trending topik di jagad maya. Ini grup cerdas amat, ya. Tulisan yang menjadi trigger pun selalu sedap. Silakan baca tulisan si Ayu yang berjudul fenomena kids zaman now.
Kids Zaman Now, mainan troli... |
Aku ngga perlu menjelaskan detail kelakuan si anak zaman sekarang yang memang bukin gerah itu, ya. Aku juga ngga perlu mengunggah foto-foto mereka yang ngga layak tayang itu. Ogah banget memviralkan foto yang ngga senonoh itu. Mengotori Blog yang suci ini. Qiqiqi
Sebenarnya risih, sih, kalau melihat adegan baik di foto maupun video kids zaman now yang diunggah di sosial media. Atau, percakapan berupa pesan singkat yang bernada mesra padahal mereka masih duduk di bangku SD. Belum lagi, kelakuan lain yang kadang membuat orang tua atau bahkan tetangga, ngga nyaman melihatnya. Grrr...
Terlanjur salah menyikapi...
Kadang ada beberapa anak atau bahkan orang tua merasa bangga dengan perilaku para kids zaman now sampai mereka terlanjur salah menyikapi. Orang tua seperti belum paham, mana yang bisa dibanggakan, mana yang perlu prihatin.
Anak SD dapat mengoperasikan gadget dengan baik. Orang tua bangga? Eeeumh...kadang ada yang merasa demikian. Bangga bila anak-anak mengoperasikannya sesuai dengan kebutuhan, dan ngga keluar dari zona aman. Tapi kalau sampai salah atau luput dalam menggunakannya, siapa yang menjadi sasaran utama? Orang tua juga, kan? Euuumh...
Anak SMP sudah bisa naik sepeda motor, sementara di usia mereka belum cukup untuk dibuatkan SIM. Orang tua bangga? Kadang demikian. Anak bangga? Sebagian besar bahagia karena seolah mendapat kepercayaan dari orang tua. Ngga banyak anak yang benar-benar memanfaatkannya dengan baik. Beruntungnya, banyak orang tua yang membelikan sepeda motor untuk anak, tuh, yang sesuai dengan usia. Yaa...kalau lihat anak SMP pakai motor gede kan ngga cocok, ya.
Sepeda motor Yasmin sesuai usia... |
Memang, banyak orang tua yang mampu membeli minimal dua barang di atas yang kadang dapat menjadikan anak lebih percaya diri. Tapi setelah terbeli, anak dibiarkan "lari" sendiri. Mungkin ini menjadi latar belakang munculnya generasi kids zaman now.
Menyikapi kemajuan zaman dengan bijak...
Aku dan suami termasuk orang tua yang ngga takut dengan perkembangan zaman, khususnya dengan kemajuan teknologi. Di usianya yang ke dua puluh satu tahun, Yasmin sudah kami kenalkan dengan gadget. Bukan mengenalkan seperti memberi tutorial untuk ini itu, tapi lebih pada fungsi. Dan untuk sementara ini, dia baru paham bahwa smartphone yang tiap hari dia lihat bisa digunakan untuk nonton video lagu-lagu anak yang sudah kami unduh dan juga telephone.
Mainannya interaksi langsung... |
Dalam sehari, kami memberi akses main handphone untuk Yasmin hanya dua kali. Setelah bobok siang, dan malam hari. Selebihnya, dia main bersama teman-teman atau bermainan sesuai keinginannya tapi bukan gadget. Lebih pada interaksi dengan teman-teman, atau permainan lain yang menurutnya menyenangkan. Seperti mainan pasir, gitu. Dia bakal betah meski hanya mengeruk pasir dan memindahkannya ke dalam wadah. Bahagianya receeh pisan, ya. Hihihi
Kids zaman now Ibu dan Ayah... |
Orang tua boleh menerima apapun bentuk perkembangan atau kemajuan akan teknologi. Pun dengan anak-anak. Tapi setelahnya, orang tua mau ngga mau harus bisa memfilter mana yang perlu dan ngga perlu untuk dikonsumsi anak-anak sesuai dengan usianya.
Orang tua mungkin ngga bisa mengentikan fenomena kids zaman now, tapi orang tua bisa mengarahkan anak-anak, memberi pengertian kepada mereka, menjadi teman main bagi mereka sejak dini hingga dewasa nanti.