Puteri kecilku sepertinya ngga rela jika aku pergi terlalu jauh, dan dia ngga ikut. Pergi ke luar kota, khususnya. Ya, pergi yang tak cukup hanya dalam hitungan jam, membutuhkan waktu ber hari-hari dan dipastikan menginap. Namun karena keadaan yang ngga memungkinkan, aku memilih untuk ngga mengajaknya.
Seperti biasa, sebelum aku go, jauh hari sudah melakukan sounding dengan memberi sedikit pengertian bahwa, aku akan ada acara bareng teman kantor atau Blogger dan menginap untuk beberapa hari. Aku pun menjelaskan kalau dalam waktu satu atau dua hari ngga ada di dekat Kecemutku. Tiap kali memberi pengeritan, dia selalu paham. Bisa dibilang, dia sudah dewasa. Kalau kata suami, level dewasanya udah melebihi Ayahnya. 😂
"Ibu pergi, Syaquita main sama Mak Yem. Bobo sama Mbah Uti."
Ini bukan aku yang mengucap, melainkan Kecemutku. Cukup dewasa, bukan? Dia ngga merengek sama sekali. Saat aku mau berangkat pun, dia melambaikan tangan, dadah-dadah, dan memberi kiss bye.
Dulu, saat hendak ke Malang untuk acara kantor, usianya baru 18 bulan. Aku memilih untuk ngga mengajaknya karena bagiku, Malang terlalu jauh baginya. Apalagi saat itu transportasinya menggunkan Bus. Duuuh...kalau dia bisa anteng sepanjang jalan ngga masalah, ya. Nah kalau rewel dan tiba-tiba minta turun atau bahkan pulang? Apa kabar, Buk? Luar biasa!
Namanya batita, sifat-sifat yang kadang bikin Ibu tegang tuh susah diprediksi. Lahir bisa menerima untuk ditinggal beberapa, tapi nyatanya dia demam! 😂 Esok harinya aku go, malam harinya dia demam. Sepanjang malam aku kasih nenen, biasanya kalau panas, aku kasih enen full, paginya kembali sehat. Tapi ini spesial, udah dikasih enen, paracetamol, tetap saja panas belum mau turub. Sayang banget sama Ibunya, ya. 🙈Pada akhirnya, aku gagal ke Malang saat itu karena benar-benar tidak memungkinkan untuk meninggalkan Kecemut. #AkuRapopo
Saat aku menulis blog post ini, aku sedang dalam perjalanan keJakarta karena ada acara bareng teman-teman WB. Seperti biasa, aku dan si kecil sudah berdamai, aku belajar ikhlas. Tapi si dia kembali mendadak deman di malam hari. 😂 Kali ini aku ngga memberi ASI karena usianya sudah dua tahun. Aku juga ngga memberikan paracetamol. Pikirku, paling pagi harinya sembuh.
Paginya aku tinggal ke kantor sampai siang, eeeh si Om memberi kabar kalau panasnya makin menjadi. Duuh...ngga ada angin, ngga ada hujan, hari sebelumnya sehat-sehat saja. Dudduuh...bikin deg-degan. Tiket sudah di tangan, cuy!
"Beliin jajan, apa yang dia suka."
Pesan Mbah Uti sebelum aku meluncur ke Apotek untuk membeli obat penurun panas. Mbah Uti juga sudah membuatkan puding cokelat kesukaannya. Tapi aku bingung mau membelikan apa karena untuk saat ini dia cuma suka puding dan Yupi. Karena waktu sudah mepet, aku cuma membeli paracetamol. Tanpa beli jajan. 🙊
Paracetamol kali ini agaknya berbeda dari yang biasa aku beli. Ini dosisnya cukup tinggi,16 mg kalau ngga salah,tapi aman kok buat anak-anak. Paracetamol rasa anggur tapi pahitnya masya allah. 😍 Pelan-pelan aku memberikan paracetamol. Kasihan, pahitnya menjadi banget banget. Alhamdulillaah, saat aku hendak pergi, panasnya sudah turun. Uuuwh...harusnya dari malam, ya. 😂
Bocahku unik banget, ya. Tiap aku mau pergi untuk beberapa hari dan dia ngga ikut, mendadak demam. Semoga ini terakhir mendadak demam ya, Nak. 😗