Aaah...jangankan memandikan Kecemut, nyiapin sarapan buat suami saja ngga aku lakukan. Udah beberapa minggu ini, usai sholat subuh, aku kembali tarik selimut, kemudian tidur dan bangun jam 06.30 WIB. Mandi, sarapan sudah tersaji, lengkap bergizi. Terima kasih mbah uti. ~sebuah pengakuan dari seorang Ibu muda, manis, yang anaknya baru satu~
Wajah memelas... |
Sudah beberapa minggu ini, tepatnya semenjak pimpinan memutuskan untuk ikut akreditasi terkini bagi kantor. Jam kerja yang dimulai pukul 08.00 WIB sampai jam 17.00 WIB, selama itu aku terus bekerja. Kadang sampai lupa jam istirahat. Kadang jam 13.00 WIB belum ishoma, dan tau-tau sudah jam kerja lagi. Sungguh, sejauh ini adalah perjuangan paling berat semasa bekerja. Sampai pada puncaknya, tapi belum puncak banget, aku kerap lembur untuk menyelesaikan dokumen-dokumen pendukung akreditasi.
"Emang kerja sendirian?"
Ngga! Tapi karena aku pekerja paling muda dalam satu bagian, dan sisanya dua tahun lagi pada pensiun, tahu sendiri lah, ya. Lempoh tiada tara. Capeknya udah luar dalam, sampa tiap pagi dibangunin anak dan suami, aku memilih untuk tetap memejamkan mata. Mata rasanya masih berat, kepala kadang belum sehat, pun dengan tubuh ini. Masih lunglai.
Jam 06.30 atau 07.00 WIB, saat mereka kompak membangunkan aku, "Ibu bangun, lihat sudah jam berapa tuh?", aku belum juga goyah. Masih merem. Dan aku baru melek ketika mendengar klakson motornya Pak Timin, penjual jamu keliling Desa yang sampai depan rumah selalu on time jam 07.00 WIB.
Melek, lalu melihat anak dan suami lagi sibuk mainan berdua. Betapa sempurnanya Ibu muda ini, ya. Serasa masih perawan. Tunggu Ibu, ya. Pasti kembali, kok. ❤