Uwhh...pingin buat judul yang mendayu atau penuh hikmat seperti hikmah di balik apa, gitu. Tapi nanti dikira judul sinetron. 😂Dan memang itu yang aku rasakan ketika Si Kecil sakit dan harus menjalankan masa pengobatan, lalu beberapa hari kemudian setelah sembuh sempat mengalami seperti trauma, sedih rasanya. Namun, dengan mencurahkan segala tenaga, pengertian dan perhatian, pada akhirnya si kecil lebih nurut dan disiplin. Ada kesadaran yang tumbuh untuk merawat gigi. Bahagia rasanya akutuuuu.
Beberapa waktu lalu, Kecemut sempat demam tinggi. Karena saat itu aku kerja, jadi tidak dapat mendampinginya penuh. Dia, sih, minta aku untuk tidak usah berangkat kerja, namun karena cukup banyak deadline pekerjaan, dengan sangat terpaksa aku tidak dapat menuruti permintaannya. Hasilnya? Seluruh orang rumah repot banget ngurusi satu anak karena rewel yang tak berkesudahan.
Pas pemeriksaan gigi di Klinik Hasta Bakti, Kalipalet |
Makin siang bukannya dia bisa anteng, namun sebaliknya, tambah rewel. Sampai Mbah Kakung yang biasanya paling jago menenangkan Syaquita pun menyerah.
"Kalau bisa izin kerja, Syaquita rewel terus." Pesan singkat yang dikirim melalui chat Whats App oleh Kakung menurunkan konsentrasi kerjaku. Apalagi setelahnya Kakung telpon, kalau seharian Syaquita tidak mau makan dan minum. Ini sungguh di luar dugaan. Susah makan saat sedang deman mungkin terdengar biasa, tapi kalau sampai tidak mau minum? Bahaya!
Di kantor, aku hanya bisa berdoa dan mencoba menenangkan diri. Rasanya ingin sekali terbang atau memejamkan mata dan tau-tau sudah sampai rumah. Tapi apa daya, tidak bisa pulang lebih awal. Yasudah, pasrah saja.
Puncaknya nih, sesampainya di rumah, aku periksa menggunakan termometer ternyata demamnya masih tinggi. Aku tanya apanya yang sakit, katanya tenggorokannya sakit. Aku minta dia untuk membuka mulutnya, ternyata ada gigi berlubang dan parahnya plak gigi ada dimana-mana sampai gusi merah merona. Duuuh...orang dewasa ngalamin gusi bengkak saja bisa bikin napsu makan hilang, ya. Apalagi ini anak usia dini. Sediih.
Tanpa pikir lama, aku mengajaknya periksa ke dokter umum dan langsung dapat rujukan untuk ke dokter gigi. Ditemani Kakung dan juga Uti, sesampainya di Klinik Hasta Bakti dia sama sekali tidak merasakan canggung padahal ini pertama kalinya aku mengajaknya ke dokter gigi. Saat namanya dipanggil pun, dia masih merasa biasa saja. Sampai masuk ruang periksa gigi, duduk di atas kursi periksa, aku mendampinginya periksa dan dia masih biasa saja. Tidak ada rasa takut sedikitpun. Ini sungguh di luar ekspektasiku.
Alhamdulillaah kami mendapat dokter gigi perempuan dan cukup komunikatif. Banyak percakapan antara bu dokter dan si kecil dengan bahasa yang super enak didengar. Aaah...sungguh bersyukur. Coba kalau dapat dokter Edy, bakal hening kayaknya. Hahaha. Maaf, Dokter.
Dua hari masa pengobatan, alhamdulillaah plak-plak di sekitar gusi dan gigi lumayan bersih. Sebenarnya aku dipesenin Bu Dokter untuk lebih rajin sikat gigi si kecil, tapi aku tidak tega melihatnya. Pelan-pelan aku bicarakan dengan Kecemut perihal harus rajin sikat gigi, dia pun dapat menerima.
Ternyata gigi graham dia sudah berlubang semua. Setahuku hanya gigi bawah saja, tapi ternyata gigi atas juga sudah berlubang. Duh...kasihan banget anak Ibuk. Pantas tidak ada keinginan untuk makan. Gigi berlubang, radang, dan gusi merah. Kebayang sakitnya kayak apa, ya. Orang dewasa yang kena radang saja suka lebih baik diam. Hahaha.
Sakitnya kali ini ternyata menyisakan trauma. Dia menjadi malas makan apapun. Biasanya minum susu sehari bisa tiga kali, dia hanya minum sekali saja. Itu aja karena sedikit aku paksa. Trauma drngan makanan dan minuman ini hampir seminggu. Seharian dia hanya makan camilan-camilan dowang, itu pun camilan yang sama sekali tidak bergizi.
Bagaimana caranya napsu makan Kecemut kembali normal? Ini PR banget buatku karena segala cara dari Mak Yem, Uti, Ayah, Kakung, tidak berlaku.
Usaha pertama; aku minum jus jambu kesukaannya sambil menunjukan ekspresi dan tegukan yang berlebihan dengan harapan dia mau minum jus. Hasilnya alhamdulillaah dia mau minum jus walau seperempat gelas dowang. Kalau lagi sehat, dia bisa habis 2-3 gelas jus jambu, lho.
Usaha kedua; Taro, camilan yang gurihnya keterlaluan itu tidak pernah aku berikan ke dia, namun siang itu aku membeli Taro untuk lauk. Lagi-lagi aku memperlihatkan ekspresi makan yang berlebihan supaya dia tertarik. Alhamdulillaah...dia mulai mau makan meski hanya tiga sampai lima suapan dowang. Kesalnya nih, tiga hari berturut-turut, saat posisinya masih ada sedikit trauma, dia hanya mau makan sama Taro dowang. Hahaha. Ibunya salah trik! Yasudahlah...tidak apa-apa asalkan dia makan. Lagi pula, pola makan ini tidak akan lama soalnya akan ada teguran langsung dari Ibu nantinya. Hahaha.
Momen mandi adalah momen yang paling tepat untuk edukasi perihal sikat gigi. Tidak ada niat untuk menakuti, aku sering mengingatkannya tentang sakit gigi. Alhamdulillaah...pelan-pelan dia mulai rajin sikat gigi. Jadi inget, sebelum ada sakit gigi, dulu kalau mau sikat gigi bakalan ada perang dulu. Dia, tuh, malas banget sikat gigi. Banyak banget alasannya sampai Ibunya ikutan malas dan akhirnya menyisakan gigi berlubang. Fyuuuhh.
Sakit gigi, gusi bengkak merah, tidak mau makan, sedikit minum, harus duduk di kursi periksa gigi, kejadian ini membuatnya sedikit trauma. Ketika anak sedang trauma dengan kejadian sakit yang pernah dialaminya, orangtua wajib meyakinkan bahwa dia sudah sembuh. Setelah anak yakin, bisa jadi psikis dia akan kembali normal dan percaya diri seperti sedia kala.
Nah untuk selanjutnya, ada baiknya orang tua mengingatkan kalau anak pernah sakit karena ini itu. Bukan bermaksud menjadikannya trauma lagi, tapi lebih pada mengingatkan. Ini bisa dilakukan sebagai salah satu trik orang tua supaya anak? Supaya apaaaaaaaaa? Supayaa apa hayooo? Hahaha.
Sebagai pembelajaran saja, Moms. Tidak ada tujuan lain apalagi niat jelek. Alhamdulillaah...setelah mengalami sakit gigi, Kecemutku jadi rajin gosok gigi. Tidak harus dibantu, dia udah mulai bisa gosok gigi sendiri.