Sore itu, tepatnya saat usia Wildan menuju satu bulan. Saya bersama Ibuk sedang santai, duduk di ruang tengah sambil menunggu adzan magrib berkumandang. Menjelang magrib, biasanya bayi memang harus digendong dan tidak boleh dibiarkan sendirian.
Saya yang sedang asyik main gadget, dicolek Ibuk. Beliau memberitahu kalau telapak tangan Wildan gerak-gerak sendiri. Mungkin sedang mimpi. Tapi ketika ini terjadi tidak hanya satu kali, kami yang melihatnya kaget, dong. Aku pun terus memperhatikannya, sementara Ibuk terlihat sangat takut dan berujung tangis.
Awal mula tangan Wildan bergerak terus.
Sejak gerakan tangan yang terus menerus itu tertangkap mata, saya lebih sering menggenggam tangan Wildan. Sedang dalam gedongan, saya genggam. Ketika kami sedang sama-sama tidur pun, tangannya saya taruh di atas tangan saya. Semacam usaha untuk terus mengawasi. Uniknya, nih, kejadian tersebut seringnya pada sore hari menjelang magrib dan dalam keadaan tidur dalam gendongan.
Kami langsung mendekapnya ketika telapak tangannya mulai bergerak. Dengan memberikan dekapan, kami berharap gerakannya akan berhenti. Khawatir karena kedinginan. Tapi ternyata tidak. Gerakan tangan itu tetap ada dan mata pun terus terpejam. Tidurnya terlihat sangat pulas, tidak ada tanda-tanda akan membuka mata, apalagi bangun.
Dalam satu hari, biasanya tangan Wildan bergerak satu kali dengan ritme gerakan yang cukup cepat seperti tremor, gitu. Awalnya, gerakan hanya 10 detik. Setelah sepuluh detik, tangan kembali normal dan dia tetap lelap dalam tidurnya. Setiap tangan bayi mungil ini bergerak, saya mengambil ponsel untuk merekamnya. Jujur, ada rasa khawatir melihatnya. Saya, Mbah Uti, dan keluarga yang tahu hal ini, semua khawatir. Ingin rasanya langsung membawanya ke Dokter, tapi karena kondisi masih COVID, saya mengurungkan niat untuk memeriksanya dan mencoba second opinion yaitu konsultasi secara daring.
Konsultasi dengan Dokter Spesialis Anak.
Pandemi COVID-19 masih berlanjut. Ada rasa takut untuk konsultasi ke Rumah Sakit. Iya, datang langsung ke rumahnya saja masih takut, apalagi ke Rumah Sakit. Maklum, bayi merah masih rentan, kan. Beruntung ada dokter yang mau dihubungi tanpa datang ke Rumah Sakit maupun rumah praktik.
Dokter Aris Sunardi, namanya. Beliau adalah dokter spesialis anak yang saat ini bekerja di RSUD Hj. Anna Lasmanah, Banjarnegara. Saya belum pernah ketemu dengan beliau. Saya pun tahu beliau adalah seorang dokter spesialis anak dari seorang teman yang bekerja di rumah sakit yang sama. Tapi saat saya menghubunginya untuk suatu kepentingan, lebih tepatnya konsultasi, dr. Aris sangat welcome dan mau membalas chat saya dengan komunikatif. Sungguh saya sangat mengapresiasi untuk hal ini.
Komunikasi kami hanya melalui chating saja karena saya tidak berani telpon meski sebenarnya ingin sekali mendapat jawaban cepat. Ada rasa tidak enak dan takut mengganggu. Tapi komunikasinya saya lengkapi dengan video supaya beliau ada gambaran. Mulai dari hari pertama yang gerakannya hanya 10 detik, sampai hari ke lima di mana gerakannya lebih cepat dan lebih lama, sampai 1 menit delapan detik.
FYI, sebelum saya memberanikan diri untuk berkonsultasi dengan dokter, saya melakukan browsing terlebih dahulu. Banyak artikel yang sudah saya baca. Rata-rata isi artikelnya, tuh, mengarah pada suatu gangguan. Saya mulai panik, dong. Mama muda, Blogger, baca artikel, dan berujung pada kepanikan Wajar kagaaaaak? Hahaha. Yaa...meski ada satu artikel yang menuliskan tentang hubungan gerakan tangan bayi dengan karakter bayi, gitu. Maksudnya, ketika tangan bayi bergerak terus, berarti tipe bayi yang semangat. Kan artikel yang seperti itu bikin tenang. Hihihi.