Tidak sedikit wanita yang memilih untuk keluar dari pekerjaannya setelah menikah. Ada banyak alasan kenapa harus resign, meninggalkan kariernya yang sudah dibangun bertahun-tahun dan mungkin telah mencapai kesuksesan. Tapi, setelah memilih menjadi wanita karier sukses ternyata tidak mendapatkan kebahagiaan bersama keluarga, bisa jadi itu bukan pilihan yang tepat.😉
Saya masih ingat empat tahun yang lalu saat saya hamil Kecemut. Saya pernah berpikiran akan keluar dari pekerjaan saya sebagai ASN. Alasannya saat itu sangat simpel yaitu karena ingin merawat bayi secara mandiri, tanpa bantuan Asisten Rumah Tangga. Suami menyerahkan semua keputusan kepada saya. Dia juga sempat mengatakan ikhlas kalau sampai saya tidak lagi kerja kantoran. Ini bagian yang paling menyenangkan dan menenangkan.
Satu izin sudah beres, saya pun sempat menceritakan niat saya untuk melepaskan label sebagai wanita karier kepada orang tua. Agaknya tidak mudah berkomunikasi dengan orang tua saat itu. Kandungan saya yang tiap hari makin besar tampaknya tidak menggoyahkan orang tua untuk terus meyakinkan saya tetap bekerja. Pada suatu percakapan, mereka pernah bilang kalau siap merawat cucu-cucunya. Uhui...hati ini sudah tidak berasa ketika mereka belum bisa merelakan saya untuk menjadi Ibu Rumah Tangga sepenuhnya.
Menjadi wanita karier adalah takdir.
Berat juga, ya, obrolan kali ini. Ngomongin takdir segala. Hahaha. Belajar menerima memang tidak mudah. Apalagi untuk masalah yang satu ini karena semakin tidak bisa menerima, rasanya bekerja pun tidak fokus. Hari-hari di kantor terasa sangat panjang. Waktu yang harusnya bisa saya manfaatkan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan tepat, terpaksa mengulur. Menjadi tidak kompeten. Hingga pada suatu waktu, saya menemukan titik balik dalam hidup.
Memaknai menjadi wanita karier adalah takdir ternyata cukup mudah. Satu yang menjadi garis besar yaitu takdir. Namanya takdir adalah ketentuan yang mana nanti akan dimintai pertanggung jawaban olehNya. Mau sekeras apa pun saya menolaknya, sepertinya hidup menjadi tidak tenang. Ngeri banget, ya. Makanya saya mulai belajar menerima atas sebuah takdir menjadi mamak-mamak kantoran. 😝
Ketika sudah memilih menjadi wanita karier, apa yang saya lakukan?
Menerima kenyataan menjadi salah satu seni menemukan titik balik dalam kehidupan. Sekecil apa pun titik balik tersebut adalah momentum yang dapat memberikan perubahan dalam hidup. Saya selalu meyakini itu. Maka ketika sudah memilih menjadi wanita karier, saya pun harus belajar menerima perubahan nantinya. Berikut beberapa hal yang saya tekuni setelah menjadi wanita karier.
Siap menjadi kompeten.
Sebagai mama muda yang punya balita di mana hari-harinya lebih banyak dihabiskan di tempat kerja ketimbang bersama keluarga, rasanya "buntung" ketika bekerja semau gue, tidak punya target kerja, atau belum bisa mengerjakan tugas pokok tapi tidak ada komunikasi dengan rekan kerja.
Pada masa awal bekerja memang masih banyak hal yang butuh penyesuaian. Belum paham tentang apa yang menjadi tugas pokoknya. Belum tahu alur atau cara penyelesaian pekerjaannya. Bisa dikatakan belum kompeten. Namun ketika sudah memilih menjadi wanita karier, saya banyak belajar untuk meningkatkan kemampuan, tentunya dengan harapan bisa menjadi kompeten dalam bidangnya.
Mampu mengatur emosi diri.
Bagi saya, mengendalikan diri dari nafsu makan lebih susah ketimbang mengatur emosi diri. Hihihi. Bisa dibilang, emosi diri sebagai bentuk ekspresi dan juga reaksi. Saat pikiran sudah bisa mulai terbuka, hati pun akan mengikutinya. Ketika sudah memutuskan untuk menjadi wanita karier, saya lebih banyak belajar menyaring emosi diri. Belajar bagaimana bisa menerima ketika ditegur pimpinan karena pekerjaan belum sempurna. Belajar memberikan reaksi yang tidak berlebihan. Belajar berkomunikasi yang baik dengan rekan kerja supaya tidak menimbulkan salah paham atau bahkan emosi sesaat.
Berhenti menunda dan mulai sekarang juga!
Saya pernah punya "penyakit" menunda pekerjaan. Tidak hanya satu kali saya lakukan itu, mungkin ada tiga kali. Nahasnya, tiap kali saya berniat untuk menunda pekerjaan, esok harinya kondisi tubuh tidak bersahabat. Mending kalau masih bisa diajak kompromi untuk dikerjakan di rumah, lha kalau pekerjaannya adalah deadline? Kan asyik banget ditertawakan. Hahaha.
Saya masih ingat, Pada tahun 2015, saya ada deadline pelaporan. Saya sengaja menunda dalam mengerjakan laporan tersebut karena melihat poin-poinnya tidak banyak. Tiba saatnya pengumpulan, ternyata ada banyak dokumen yang harus disiapkan. Iya, hanya lima poin tapi data dukungnya sampai puluhan, bahkan lebih. Ingin ngakak, tapi tidak boleh menertawakan keteledoran sendiri. 🤣
Begitu berartinya waktu. Ada pepatah yang mengatakan bahwa waktu tidak bisa dibeli. Waktu pun tidak bisa berjalan mundur. Maka ketika saya telah menjadi mamak-mamak yang kerja kantoran, tiap ada pekerjaan langsung tindak lanjuti. Perkara hasil nomor sekian karena saya punya atasan untuk konsultasi dan koordinasi. Terpenting dikerjakan sesuai dengan perintah.
Belajar pengembangan diri di kelas online Skill Academy by Ruangguru.
Menjadi pengalaman pertama menjadi pegawai kantor, ada banyak hal yang mau tidak mau harus dipelajari, termasuk belajar pengembangan diri. Iya, pengembangan diri menjadi sangat penting karena dalam suatu instansi baik pemerintah maupun swasta, tidak bisa bekerja sendiri. Dalam penyelesaian pekerjaan pun lebih membutuhkan ketenangan, fokus, agar cepat terselesaikan.
Skill Academy bu Ruangguru membuka kelas pengembangan diri yang menjadi bagian dari Kelas Online Prakerja Terbaik. Tema rahasia sukses berkarir dalam kelas pengembangan diri ini telah mendapat rating bintang lima dengan jumlah total 35 ribu lebih orang yang memberi rating. Ternyata banyak pegawai yang membutuhkan pelatihan online untuk menunjang kariernya supaya makin bertanggung jawab dan cemerlang. Selain kelas pengembangan diri, banyak kelas prakerja lainnya yang tidak kalah menarik.
Buat mamak-mamak boleh banget sharing tentang kerjaan lho, ya.