Mama Papa masih ingat, lagu apa yang pertama kali dikenalkan kepada anak-anak saat mereka masih balita? Buat orang tua yang saat ini anak-anaknya sudah kuliah atau malah sudah punya cucu, boleh ikutan jawab, lho. Dan saya yakin jawabannya banyak yang sama meskipun tidak saling menyontek. 🤭
Bagaimana tidak sama, perkembangan lagu anak Indonesia tidak secepat perkembangan lagu orang dewasa khususnya genre dangdut koplo. 🤣 Bahkan jika dilakukan perbandingan, mungkin tidak berbanding karena ketika ada musisi atau composer menciptakan lagu baru untuk orang dewasa, tidak bisa dipastikan mereka juga membuatkan lagu baru untuk balita. Terbukti dari saya kecil sampai punya dua anak, lagu anak yang berjudul "Cicak-Cicak di Dinding" masih menjadi salah satu lagu yang masuk dalam daftar putar lagu anak-anak.
Betul atau betul banget? 🙈
Tidak sedikit orang tua merasa miris, iba, sedih, dengan perkembangan lagu anak di Indonesia yang bisa dibilang tidak banyak penambahan sampai tahun ini. Kalaupun ada, biasanya bukan lagu Indonesia. Melainkan lagu anak dengan lirik bahasa Inggris yang viral di channel YouTube, kemudian para orang tua yang tinggal di Indonesia memberikan hak akses kepada anak untuk ikut senang-senang menikmati lagu tersebut.
Saya masih ingat ketika Jasmine masuk usia dua tahun, saat itu sedang ramai-ramainya lagu Baby Shark. Balita mana yang saat itu juga tidak tertarik atau tidak hafal lagu anak-anak tentang keluarga Hiu. Nyaris semua anak tiap hari menyanyi lagu tersebut sambil goyang-goyang atau malah memainkan jarinya sambil menganggukkan kepalanya. 🤭
Ketika Kami Ngobrolin Lagu Anak Indonesia.
Usia saya dan suami tidak terpaut jauh. Tenang, ini bukan contoh soal cerita di mata pelajaran Matematika, kok. 🤭Dengan usia yang bisa dibilang satu pantaran, artinya lagu yang sering kami nyanyikan saat masih balita juga pastinya banyak yang kesamaan. Apalagi kami sama-sama tinggal di Jawa Tengah, Indonesia. Mau lagu nasional, tradisional, pasti banyak yang sama.
Saking jarangnya ada update lagu anak terbaru, lagu yang kami berikan ke anak-anak pun lagu yang sering kami nyanyikan sewaktu kecil, lagu yang sering orang tua nyanyikan saat kami lagi ngambek atau bahagia, lagu yang orang tua nyanyikan saat kami hendak tidur, atau lagu yang diajarkan oleh Bapak Ibu guru semasa kami duduk di Taman Kanak-kanak. 😅
Sebagai orang tua, kami hanya sebatas penikmat lagu anak. Rasa-rasanya, kami juga tidak pernah mengkritisi lagu anak di tanah air, bukan tugasnya. Hihihi. Hanya saja rasanya ada yang kurang ketika lagu-lagu yang kami sampaikan ke anak adalah lagu itu-itu saja. Ada Balonku, Pelang-Pelangi, atau lagu daerah seperti Kampuang Nan Jauh di Mato. Ada lagi yaitu lagu dari grup musik Trio Kwek Kwek atau penyanyi Enno Lerian. Ah...ini lagu-lagu melegenda sekali, ya.😆
Ketika kami ngobrolin lagu anak Indonesia, rasa-rasanya seperti nostalgia. Kadang bisa ketawa renyah banget karena memang ada momen yang tak terlupakan dengan lagu-lagu anak. Saya masih ingat ketika Kecemut diminta untuk menyanyi lagu Pelangi-Pelangi saat perjalanan rekreasi. Dia, tuh, excited banget ketika disodorin microphone oleh salah satu gurunya. Tapi tiba saatnya microphone sampai tangannya, dia menyanyi seperti anak bingung. Pada akhirnya, ada beberapa lirik yang dia lupa, dong. duh...ini demam panggung banget namanya, ya. 😆
Saya masih ingat betul momen tersebut. Ketika saya konfirmasi kepada Kecemut, ternyata dia pun masih ingat. Dia tampak malu, malu sekali. Padahal di situ hanya ada saya, suami, dan adiknya. Kenapa bisa malu, sih? Soalnya saat itu saya putarkan video pas dia lupa lirik. Qiqiqi. Ini malunya sudah plus mau mewek, lho. Dududuh....untuk kembali mencairkan suasana, kami pun akhirnya menyanyi bersama. 🥳
Quality Time dengan Menyanyi Bersama Anak.
Ketika anak-anak mulai kelihatan jenuh belajar, orang tua harus punya trik untuk tetap menjaga moodnya supaya tidak keterusan jenuhnya. Salah satu cara menjaga mood anak-anak yaitu dengan cara mengalihkan kegiatan belajar dengan mencari kegiatan lain yang sekiranya bisa membuat hati dan pikiran kembali fresh. Salah satunya yaitu dengan memutarkan musik karena dapat membuat mereka rileks, bahagia, dan menghangatkan suasana.
Baca juga Miliestones: Lagu Pertama Kecemut.
Sebelas, dua belas dengan Mbaknya, jagoan kami si Wildan ketika mendengar musik, tuh, bawaannya langsung joged-joged happy. Eh...mungkin ini biasa dilakukan oleh balita ketika mendengar musik kalik, ya. Hihihi. Hanya saja yang bikin beda yaitu dia joget sambil ikut nyanyi meskipun kata yang keluar dari mulutnya tidak sama dengan liriknya. Hanya diambil kata akhir saja. Eh...ini juga kayaknya dilakukan tiap balita, ya. Hahaha. Ahh...balita, mah, bebas! 😆
Melalui Android TV, kami memutar lagu anak Indonesia mulai dari yang hits pada zamannya, seperti lagu Abang Tukang Bakso sampai lagu anak yang baru-baru ini muncul yaitu lagu anak Indonesia balita dengan karakter musikal yaitu lagu milik Hoala dan Koala.
Eh, siapakah Hoala dan Koala?
Mengenalkan Hoala & Koala, Lagu Anak dengan Karakter Musikal.
Seperti yang kita semua tahu bahwa industri musik untuk lagu anak-anak di Indonesia makin lesu dan tersudutkan di era perkembangan teknologi. Banyak anak-anak yang lebih hafal lirik lagu Mendung Tanpo Udan. Padahal jika dipahami, liriknya tidak cocok untuk anak. Tapi bagaimana lagi, pengganti Papa T Bob, Pak Kasur, Ibu Sud, dan pencipta musik anak lainnya saat ini seperti tidak ada. Sedih, ya.
Keadaan ini membuat CEO PT Amnar Awandi Kazoku yaitu Rendyadi Amnar, merilis karakter animasi 3D 'Hoala dan Koala' untuk anak-anak Indonesia.
Pada akhir tahun 2020 Rendyadi Amnar menciptakan karakter musikal yang bernama Hoala & Koala. Karakter ini divisualisasikan dengan animasi 3D dan memiliki karakter seperti layaknya anak-anak zaman sekarang yang tumbuh berkembang di tengah era digital.
Hoala & Koala adalah sepasang sahabat yang sangat gemar menyanyi. Total ada 12 karakter animasi yang tampil dalam Hoala dan Koala. Adapun tiga karakter utamanya yaitu Ayah, Ibu dan Hoala. Sementara karakter support ada Koala, Miss Jeruk, Rubin si Rubah, Lincu si Ular, Burhan si Burung Hantu, Bu Aya si Buaya, Serigili si Serigala, Om Ping si Harimau dan Om Bre si Singa.
Mengapa harus digambarkan dengan karakter 3D?
Karena karakter ini akan menjadi karakter yang tak akan lekang oleh waktu dalam berkontribusi di dunia musik anak, tanpa mengkhawatirkan bahwa mereka akan tumbuh dewasa dan mengalami perubahan suara.
Anak-anak zaman sekarang yang nyaris saban hari berinteraksi dengan smartphone, menonton lagu anak Hoala & Koala pun terlihat lebih senang karena karakter 3D ini lebih hidup, terlihat lebih nyata.
Apa yang spesial dari lagu anak Hoala & Koala?
Selain banyaknya karakter yang semuanya bisa menyanyi, penggarapan musiknya serius dan matang. Ya...seperti yang kita semua tahu bahwa lagu anak Indonesia selama ini, tuh, visualisasinya bisa dibilang monoton. Misal dalam bentuk karakter pun hanya sebatas gerak-gerak biasa, jadi kesannya kurang menarik dan bahkan dari informatif. Berbeda dengan lagu anak-anak dari Hoala & Koala.
Review Lagu dari Hoala & Koala.
Mendengarkan lagu anak kata ibu Hoala Koala, liriknya mewakili aktivitas keseharian anak-anak yang mana suka bikin mamaknya darting alias darah tinggi. Kami yang menontonnya pun saling adu mulut karena perilaku yang divisualkan, tuh, beberapa ada yang sama persis dengan perilaku anak-anak kami saat bermain di rumah. Seperti menggambar di tembok atau baru bermain tapi tidak dibereskan.
Dalam video tersebut mencerminkan perilaku anak-anak pada umumnya. Kemudian sebagai orang tua, Ibu Hoala pun memberi pesan-pesan positif atas aksi Hoala dan Koala. Lagu-lagu yang disajikan Hoala & Koala memang memberikan aksi dan respon. Balita atau anak-anak yang menontonnya pun mendapatkan tambahan pengalaman dan juga insight positif.
Pada lagu anak Hoala & Koala, tidak hanya Ibunya saja yang aktif memberi tanggapan, tapi Ayahnya juga. Sebagai contoh yaitu lagu dengan judul Minta Ayah. Lagu ini menceritakan tentang peraturan-peraturan ketika Ibu sedang keluar atau tidak di rumah. Bagi sebagian anak mungkin bahagia ketika ditinggal Ibu barang sebentar ke warung karena dalam benaknya bisa mendapatkan kebebasan seperti main Handphone.
Setiap orang tua pasti punya aturan-aturan khusus untuk anak-anaknya. Begitu juga dengan orang tua Hoala, khususnya Ibunya.
Iya, Ibu Hoala tidak memberikan izin kepada Hoala & Koala untuk bermain HP atau menonton TV ketika Ibunya sedang tidak di rumah. Ayahnya pun mendukung peraturan tersebut, tidak goyah meskipun dirayu sama anak-anak.
Saat kami menonton video ini melalui akun YouTube Hoala & Koala, saya, suami, Kecemut dan mamas, cuma bisa tertawa karena perilaku yang ada dalam video tersebut nyaris sama dengan apa yang kerap kami alami, hanya saja cara menyikapinya berbeda. Ayah Hoala & Koala bisa bekerja sama dengan Ibunya, meski pada akhirnya kena jewer. Sementara, Ayah Kecemut dan Wildan seringnya tidak bisa kerja sama dengan Ibunya. Iya, suami saya kadang membiarkan Kecemut mengambil Handphone untuk main game atau menonton YouTube sesukanya, sepuasnya, selagi Ibu tidak di rumah. Ajuur...ajurrr! 😆
Omong-omong, lagu anak Hoala & Koala ini digarap serius. Banyak musisi internasional yang terlibat di dalam pembuatan aransemen dari musik Hoala & Koala, serta banyak sekali alat musik yang tak lazim digunakan untuk lagu anak yang dipakai dalam penggarapan album-album Hoala & Koala, seperti saxophone, terompet, double bass, trombon, klarinet, cello, harpa, hingga instrumen etnik Indonesia seperti gamelan dan angklung.
Selain kualitas vokal, keterlibatan musisi internasional hingga banyaknya instrumen yang digunakan, Hoala & Koala juga memiliki keunikan lainnya dalam pemilihan genre. Tak hanya satu genre children pop yang diangkat oleh Hoala & Koala, namun terdapat variasi genre lainnya seperti jazz, big band, swing, jpop, hingga etnik.
Penggarapan memang bisa dibilang serius, hasilnya pun enak dinikmati. Cuma ada di beberapa lagu, tuh, hanya menyediakan teks saja tanpa menyuguhkan karakter seperti lagu dengan judul Lagu Untuk Anak-anak Jalan Kaki Pagi-pagi. Tapi bisa jadi lagu tersebut konsepnya tanpa karakter, ya.