Hai, Parents! Akhir pekan di minggu pertama bulan November, saya merasa bahagia ketika melihat anak pertama kami, Kecemut terlihat semangat berkolaborasi dengan Ayahnya mengerjakan tugas dari gurunya. Ya...demi apa sudah waktunya buat jeda dari rutinitas sekolah, tapi semangat dia masih terjaga. Saya melihatnya bukan sisa-sisa semangat, melainkan semangat yang masih utuh. Alhamdulillah. ❤️
Hati Ibun tiba-tiba melting. Saking bahagianya, terus bergumam "duh...jadi ingin rasanya memberikan reward kepada Kecemut, nih."
Iya, hati seorang Ibu memang kadang selemah itu. Eh...bukan lemah, sih. Tapi mudah tersentuh. Apalagi ditambah dengan tingkah laku anak kedua kami, Wildan yang kerap menambah energi positif bagi kami. Rasanyaaa....melihat anak-anak melakukan kebaikan sedikit saja ingin mengajaknya kencan, makan es krim bareng, membelikan aksesori baru, mainan baru, atau apa lah yang sekiranya membuat mereka bahagia.
Namun tidak lama kemudian, mungkin masih dalam menit yang sama, ada bisikan entah dari mana arahnya. Kira-kira bisikannya seperti ini "Eh...sepertinya berlebihan. Anak-anak menyelesaikan tugas dari gurunya adalah hal yang wajar, bukan? Dan itu memang sudah menjadi kewajibannya sebagai siswa."
Hmmm...perasaan seorang Ibu memang kadang suka berubah-ubah secepat kilat. Tapi tidak usah heran, ya. Mungkin kalian pernah melihat dengan mata kepala sendiri ketika seorang Ibu sedang melakukan tawar menawar suatu barang. Sudah hampir deal, tiba-tiba membatalkan penawarannya dan memilih untuk balik badan atau putar arah. 🤣
Tanyakan Apa yang Sedang Dibutuhkan Anak.
Anak-anak yang saya maksud di sini adalah early childhood (anak kecil) dengan usia antara 1-6 tahun, dan later childhood (anak besar) dengan rentang usia antara 6-12 tahun.
Jadi, buat yang mencari rekomendasi untuk anak usia 12 tahun ke atas, bisa di-skip, ya. Khawatir tidak related. 🤭
Saya adalah tipe Ibun yang jarang memberikan kejutan untuk anak-anak dan juga suami. Saya lebih sering "meraba-raba" apa yang sekiranya sedang mereka butuhkan, lalu mengkonfirmasikan apakah ilmu penerawangan saya ada yang menyerempet sekalipun judulnya adalah hadiah. Saya merasa lebih klop jika memberikan sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan. Karena nilai manfaatnya akan lebih terasa.
Jadi, tidak ada salahnya untuk bertanya kepada anak-anak apa yang sekiranya sedang mereka butuhkan. Tapi, sesekali memberikan hadiah untuk mereka tanpa konfirmasi terlebih dahulu boleh lah. Karena Ibu biasanya memang paling tahu. Eh, paling tahu atau sok tahu, sih? 😆
Orang Tua Dapat Memberikan Penawaran Atau Rekomendasi.
"Pengen hadiah apa dari Ibun, nih?" Anak-anak disodorin pertanyaan seperti ini girang bukan main. Otak langsung merespon, kemudian keluar lah satu per satu barang yang mungkin selama ini sudah menjadi waiting list. Dulu, saya pernah merasakan demikian saat orang tua saya menawarkan hadiah.
"Duh...sepeda atau tas baru, ya? Bingung!" 🤭
Nah, saat anak belum punya gambaran atau masih bingung dengan pilihannya, orang tua bisa memberikan penawaran atau rekomendasi hadiah. Berikut 5 rekomendasi reward yang cocok buat anak-anak:
🖐🏻Playground Menjadi Alternatif Bagi Anak-anak.
Lima hari kerja bagi Ibun, enam hari kerja bagi Ayah, dan anak menjalani rutinitas sebagai pelajar selama enam hari dalam seminggu. Setelah berjibaku dengan rutinitas harian yang kerap menguras tenaga dan pikiran, memberikan reward bagi untuk bersenang-senang di playground dapat menjadi alternatif. Playground atau tempat bermain dapat menjadi rekomendasi hadiah bagi anak-anak. Hormon Dopamin sudah pasti menyapa anak-anak. Dan orang tua pun dapat merasakan kebahagiaan ketika melihat mereka bahagia.
🖐🏻 Mengajak Anak-anak Ke Toko Buku.
Kedua anak kami kebetulan suka bercerita. Setiap malam sebelum tidur saya membacakan dongeng buat mereka. Buku cerita yang kami punya belum banyak. Makanya tidak heran jika ada beberapa buku yang mereka sudah hafal ceritanya. Untuk menambah koleksi buku bacaan, orang tua dapat memberikan penawaran untuk membeli buku sebagai bentuk reward.
🖐🏻Memilihkan Mainan Sesuai Dengan Kebutuhannya.
Menawarkan mainan menjadi salah satu rekomendasi hadiah untuk anak-anak. Ini sudah dipastikan anak-anak merasa senang. Selain mainan bertambah, mereka bisa "cuci mata" melihat mainan-mainan yang dipajang di etalase toko mainan. Iya, kami lebih memilih membeli mainan di toko offline supaya mereka dapat melihat dengan nyata "surga mainan". 😂 Ada baiknya orang tua memberikan rekomendasi mainan sesuai dengan kebutuhan anak, bukan sesuai dengan keinginan. Ya...tahu sendiri, anak-anak kalau sudah lihat mainan kadang suka lupa diri. Sebelas dua belas dengan Ibun kalau sudah lihat kosmetik.
🖐🏻Mengajak Anak-anak ke Sunday Morning.
Penawaran kali ini cukup unik. Tahu sunday morning a.k.a Sunmor kan, Bun? Semacam pasar kuliner yang digelar tiap minggu pagi. Biasanya kegiatan ini dibarengi dengan Car Free Day (CFD). Di kota tempat saya tinggal, Sunmor yang sempat redup saat pandemi, sekarang sudah kembali ramai. Saya menjadikan ini sebagai bentuk hadiah karena mereka dapat memilih apa saja yang mereka inginkan. Bukan lagi yang mereka butuhkan. Ya...kan tinggal di desa jajanan yang ada cuma itu-itu saja.😂 Jadi, kami membiarkan mereka memilih jajan sesuai seleranya, terepenting cocok buat mereka.
Ada surga mainan, ini di Sunmor ada surga jajanan dan aksesori, ya. Gass pol pokoknya!
🖐🏻Mengizinkan Anak-anak Untuk Melakukan Kegiatan Apa Saja. Asalkan.... 🤭
Eh...masih ada kata asalkan. Seperti tidak niat memberikan hadiah, ya. Hahaha. Tidak bermaksud demikian, kok. Anak-anak boleh melakukan kegiatan apa saja asalkan di rumah atau di tempat yang masih dalam jangkauan orang tua. Terbayang ketika memberikan izin kepada anak-anak untuk dapat melakukan kegiatan apa saja, tapi ternyata mereka pergi ke Cangkring. Duh...ini namanya bukan hadiah, tapi musibah. 😩
Reward untuk melakukan apa saja salah satunya kami manfaatkan untuk memberikan akses bermain gadget sampai anak-anak lelah dengan sendirinya. Iya, mereka setiap harinya kami batasi untuk bermain gadget. Jadi, pas kami menawarkan hadiah untuk memainkan smartphonenya sudah pasti bahagia.
Sebenarnya Tidak Ada yang Berlebihan. Namun, Waktu Bisa Menjawab.
Kapan terakhir Ibun dan Ayah memberikan reward kepada anak-anak? Ini dapat menjadi patokan ketika orang tua akan memberikan hadiah kepada anak. Kalau memang sudah lama tidak memberikan penghargaan kepada anak-anak atas sebuah prestasi, kenapa tidak memberikannya. Satu yang menjadi catatan bagi saya, bahwa prestasi itu tidak melulu soal juara. Ya terbayang, kalau anak-anak memang tidak bisa mendapatkan kesempatan untuk menjadi juara di sekolah atau di tempat mereka mengaji, berarti susah untuk mendapatkan reward dari orang tua, bukan?
Dan memang, tidak ada yang berlebihan. Ketika orang tua merasa kagum dengan sikap yang ditunjukkan anak-anak, saat itu juga orang tua bisa memberikan hadiah. Apalagi jika sudah lama tidak memberikan reward, tidak usah berpikir lama. Langsung saja sampaikan kepada anak-anak tentang kekagumannya dan sampaikan juga kalau ingin memberikan hadiah. Ya...sebelum ada bisikan yang datangnya entah dari mana. 😆
Semoga setelah membaca tulisan ini sudah tidak bingung lagi mau ngasih reward apa untuk anak-anak ya, Parents. Ibun atau Ayah boleh banget menambahkan rekomendasi hadiah untuk anak-anak di kolom komentar, lho. Silakan. 🤗