Anak Menangis Sampai Tantrum - Mempunyai dua anak dengan jenis kelamin yang berbeda sungguh membuat saya harus semakin kuat. Ah, jadi ingin calling buat Ibu-ibu yang di rumah sudah punya anak sepasang, nih. Kira-kira suasana rumah lebih sering hening atau kerap ramai yang kadang berujung tangisan karena berebut sesuatu? 😆
Ceritanya, Wildan belum lama ini menangis yang sampai heboh banget. Menangis sambil teriak-teriak. Saya masih beruntung karena dia tidak menyakiti dirinya, tidak lempar barang-barang, dan tidak berusaha untuk mengurung diri. Ehem..apakah dia sedang mengalami tantrum?
Tantrum adalah perilaku yang umum terjadi pada anak-anak kecil. Salah satu bentuk tantrum yang sering terlihat adalah menangis hingga tantrum. Menangis adalah cara alami bagi anak-anak untuk mengekspresikan emosi mereka, tetapi ketika menangis berubah menjadi tantrum yang keras dan tidak terkendali, dapat menimbulkan tantangan bagi orang tua dan pengasuh.
Artikel ini akan menjelaskan lebih lanjut tentang tantrum dan bagaimana menangis sampai tantrum mempengaruhi anak-anak, serta memberikan beberapa tips tentang cara menghadapinya.
Apa itu tantrum?
Tantrum adalah respons emosional yang kuat dan tidak terkendali yang biasanya ditunjukkan oleh anak-anak ketika mereka merasa frustrasi, marah, atau tidak puas. Tantrum dapat melibatkan perilaku seperti menangis, berteriak, merangkak di lantai, memukul, dan melempar benda-benda.
Menangis hingga tantrum: Apa yang terjadi?
Menangis adalah respons alami bagi anak-anak ketika mereka merasa sedih, kecewa, atau merasa tidak nyaman. Namun, ketika anak-anak tidak mampu mengatasi atau mengungkapkan emosi mereka dengan cara yang sehat, menangis dapat berubah menjadi tantrum.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan menangis menjadi tantrum meliputi:
Ketidakmampuan berkomunikasi: Anak-anak yang belum memiliki keterampilan bahasa yang memadai mungkin sulit mengungkapkan kebutuhan atau frustrasi mereka dengan kata-kata. Ini dapat menyebabkan penumpukan emosi yang akhirnya meledak menjadi tantrum.
Frustrasi: Ketika anak-anak menghadapi kesulitan dalam mencapai tujuan mereka, seperti memahami tugas atau memecahkan masalah, mereka dapat merasa frustrasi. Jika mereka tidak mampu mengatasi frustrasi tersebut, tantrum dapat terjadi.
Kurangnya keterampilan pengaturan emosi: Anak-anak yang belum belajar bagaimana mengelola emosi mereka dengan baik cenderung lebih rentan terhadap tantrum. Mereka mungkin tidak tahu cara menenangkan diri atau mengungkapkan emosi mereka secara sehat.
Menghadapi tantrum.
Mengatasi tantrum dapat menjadi tantangan, tetapi ada beberapa strategi yang dapat membantu:
Tetap tenang: Jaga ketenangan Anda sebagai orang tua atau pengasuh. Menjaga ketenangan akan membantu mengurangi eskalasi emosi dan membantu anak-anak merasa lebih aman.
Pahami dan ajarkan keterampilan sosial dan emosi: Bantu anak-anak untuk belajar mengenali dan mengungkapkan emosi mereka dengan cara yang sehat. Ajarkan mereka strategi pengaturan emosi seperti bernapas dalam-dalam atau menghitung hingga sepuluh sebelum bereaksi.
Berikan alternatif yang lebih baik: Bantu anak-anak menemukan cara-cara yang lebih baik untuk mengatasi frustrasi atau mengungkapkan kebutuhan mereka. Misalnya, ajarkan mereka untuk menggunakan kata-kata untuk mengungkapkan perasaan atau minta bantuan daripada langsung tantrum.
Jaga konsistensi: Berikan batasan dan harapkan konsekuensi yang jelas jika tantrum terjadi. Konsistensi membantu anak-anak memahami bahwa perilaku tantrum tidak akan diterima dan memberikan struktur yang stabil bagi mereka.
Berikan perhatian positif: Pujilah anak-anak ketika mereka menggunakan keterampilan pengaturan emosi yang baik atau mengekspresikan diri dengan kata-kata dengan baik. Memberikan perhatian positif dapat memperkuat perilaku yang diinginkan.
Ini adalah kali ketiga Wildan menangis yang menurut saya sudah melebihi batas wajar. Sebagai orang tua, saya harus lebih banyak belajar lagi cara atau upaya yang harus dilakukan saat anak mulai tantrum. Saya juga harus lebih sigap ketika dia mulai menangis keras.