Pengalaman Mendampingi Vaksinasi Anak - Sejak ada kabar berita perihal vaksinasi anak, tidak sedikit orang tua yang dag dig dug! Antara khawatir anak akan menolak diajak vaksinasi dan takut setelah vaksinasi bakal terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena efek dari pemberian vaksin.
Kira-kira ini yang deg-degan hanya orang tuanya saja atau juga anak-anak, ya? 😆
Ketika Bu Tata (Guru Kelasnya Jasmine) memberitahukan bahwa akan dilakukan vaksinasi untuk anak-anak TK Negeri Pembina Madukara, jujurly saya deg-degan khawatir kalau Jasmine tidak mau ikut vaksinasi. Pemberitahuan yang disampaikan melalui WhatsApp Group yang mana anggotanya adalah orang tua siswa sudah cukup jelas, hanya tinggal menunggu jadwal saja. Bu Tata juga menyampaikan bahwa anak-anak sudah diberitahu akan ada vaksinasi dan mereka pun terlihat aman walaupun ada beberapa yang bersuara "takut ih takut", katanya. Ah...jadi kepo banget sama ekspresinya Mbak saat tahu akan dilakukan vaksinasi. 🤣
Yey! Akhirnya Pemerintah Mengeluarkan Aturan Vaksinasi Covid-19 Pada Anak Usia 6-11 Tahun.
Sebagai orang tua, saya merasa bahagia ketika tahu pemerintah mengeluarkan surat keputusan perihal vaksinasi bagi anak-anak. Iya, saya termasuk Ibu yang cukup serius dalam menyikapi adanya Covid-19, beda banget dengan Ayahnya Jasmine yang bisa dibilang slow atau biasa saja. 😂 Saking seriusnya, selama pandemi saya tidak berani mengajak anak-anak keluar kota sekalipun dalam rangka silaturahmi. Apalagi pas dengar berita kalau kasus si Covid kembali hot, tambah serius. Anak-anak minta renang yang masih berada di dalam kota saja saya tidak berani. Mending mereka merengek ketimbang saya tidak bisa menikmati wahana di tempat wisata.
Nah, baru mulai bulan Desember pas dengar kabar akan ada vaksinasi anak, mulai sedikit lega. Saya membaca berita di media online, vaksinasi bagi anak usia 6-11 tahun dimulai dengan pelaksanaan kickoff pada Kabupaten atau kota yang telah mencapai cakupan >70% untuk vaksinasi dosis pertama dan cakupan vaksinasi pada kelompok lanjut usia mencapai >60%. Kebetulan Banjarnegara sudah mencapai batasan cakupan sesuai peraturan. Jadi, vaksinasi anak pun bisa dilaksanakan.
Pemberian vaksinasi untuk anak-anak kali ini menyasar pada anak usia 6-11 tahun sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/6688/2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 bagi Anak Usia 6 Sampai 11 Tahun. Siapa tahu ada yang membutuhkan informasi lengkapnya, bisa unduh SK-nya. 😄
Menyiapkan Mental Anak Sebelum Mengikuti Vaksinasi.
Jauh-jauh hari sebelum jadwal vaksinasi keluar, saya sempat ngobrol dengan Mbak Jasmine perihal vaksinasi. Ngobrolnya lebih pada sharing, sih. Memberitahukan juga kalau vaksin, tuh, sama dengan imunisasi. Disuntik di lengan menggunakan jarum suntik, selesai. Secepat itu prosesnya. Sayangnya dia sudah lupa imunisasi itu seperti apa. 🤣 Yasudah...terpenting bagi saya, dia sudah punya kemauan untuk divaksin.
Dan jadwal vaksin pun keluar....
Bu Tata kembali mengumumkan melalui WhatsApp Group siapa saja yang sudah bisa ikut vaksinasi dan siapa yang belum bisa mengikuti tentu karena belum cukup usia. Kebetulan usia Jasmine genap enam tahun per Januari 2022, tepatnya pada tanggal 15 Januari 2022. Saya pun merasa harus menyiapkan mental dia, meyakinkan dia bahwa vaksinasi Covid-19 sudah menjadi keharusan untuk saat ini demi terciptanya kekebalan tubuh. Dan vaksinasi itu bukan hal yang menakutkan.
Tujuan komunikasi ini tidak lain supaya dia punya pandangan perihal vaksinasi. Karena dia sama sekali sudah tidak ingat kalau pernah disuntik saat bayi, saya pun memperlihatkan beberapa fotonya yang sedang imunisasi di Puskesmas Madukara. Ada yang di paha kanan, paha kiri, dan lengan. Alhamdulillah...dia bisa mencerna dan terlihat lebih siap untuk divaksin. Asyik banget, Ibuknya merasa sedikit lega dan juga lebih tenang, dong. 🙈
Tidak hanya menyiapkan mental anak, mental orang tua pun harus disiapkan. Apalagi seiring dengan kabar-kabar yang tidak enak didengar perihal vaksinasi anak. Orang tua pun harus yakin, punya niat baik dengan memberikan vaksin kepada anak.
Omong-omong, saya tidak menyampaikan efek samping dari vaksinasi. Adalah sebuah kesengajaan supaya Jasmine keberaniannya tetap terjaga. Tapi saya menyampaikan kalau misal setelah vaksin merasa pusing atau demam, bisa langsung telepon Ibuk. Dan hal ini pun disampaikan oleh petugas vaksinasi melalui microphone ketika kami sedang antre menunggu giliran vaksin.
Serba-serbi Pemberian Vaksinasi Anak.
Pemberian vaksinasi dosis pertama anak-anak TK Pembina Madukara ternyata dalam pelaksanaannya digabung dengan anak-anak SD Negeri Kutayasa yang mana lokasinya berdekatan. Karena dilakukan saat jam kerja yaitu jam 08.00-selesai, saya pun izin kepada atasan untuk berangkat kerja agak siang demi menciptakan rasa percaya diri pada anak. 🙈
Anak-anak berkumpul di halaman sekolah tepat jam 8.00 WIB sambil menunggu kabar dari tim vaksinasi yang sudah bersiap di SD N Kutayasa. Sesuai arahan dari Bu Tata, kira-kira pukul 08.30 WIB orang tua bersama anak berangkat menuju SD N Kutayasa. Tidak sampai tiga menit perjalanan dengan mengendarai sepeda motor, kami sampai di lokasi vaksinasi.
Ternyata di sana sudah sangat ramai dan terlihat banyak orang tua mendampingi anak-anaknya untuk vaksinasi. Satu per satu dari kami dipanggil dan diberi dokumen atau form skrining pelayanan vaksinasi Covid-19. Bagian identitas ternyata sudah diisi oleh pihak sekolah, jadi tidak perlu menuliskan lagi. Kemudian sisa isian form skrining yang mengisi adalah tenaga medis dengan cara bertanya kepada orang tua siswa.
Proses vaksinasi anak sama persis dengan proses vaksinasi orang dewasa. Hanya saja dosis yang diberikan berbeda meskipun sama-sama menggunakan Sinovac. Peneliti menyebut ada dua perbedaan dalam pemberian vaksin Sinovac untuk anak-anak dan orang dewasa. Perbedaan keduanya terletak pada dosis dan jarak waktu pemberian vaksinnya.
Dosis untuk orang dewasa, vaksin Sinovac diberikan sebanyak 0,5 mililiter dengan kandungan 0,5 mikrogram sebanyak dua kali. Sedangkan untuk anak-anak usia 6-11 tahun, vaksin diberikan sebanyak 0,5 mililiter dengan kandungan 0,3 mikrogram sebanyak dua kali.
Kemudian untuk jarak antara pemberian dosis pertama dan kedua. Pada orang dewasa jarak antar dosis hanya selang 14 hari atau dua pekan. Sementara pada anak-anak, jeda antara dosis pertama dan dosis kedua berjarak 28 hari atau empat minggu karena harus memastikan keamanan atas efek samping dari dosis vaksin Sinovac buat anak-anak.
Pengalaman Mendampingi Vaksinasi Anak.
Setelah proses skrining selesai, petugas medis melakukan pengecekan suhu tubuh dan tekanan darah. Alhamdulillah suhu tubuh dan tekanan darah Jasmine normal dan tidak punya riwayat sakit bawaan, baru sembuh dari sakit, atau sedang sakit. Karena kondisi tubuh dinyatakan fit, akhirnya dia diperbolehkan untuk vaksin.
Satu kelas hanya tiga anak yang tidak ikut vaksinasi: dua anak belum cukup usia dan satu anak yaitu Kayla karena sedang alergi (gatal-gatal).
Sepanjang proses vaksinasi mulai dari skrining sampai penyuntikan vaksin, saya melihat anak-anak banyak yang sudah siap. Mereka tidak berani dan merasa enjoy selama di lokasi vaksin. Hanya ada beberapa anak saja yang menangis saat proses penyuntikan, tapi itu hanya sebentar. Saya yakin anak-anak merasa lebih percaya diri dan berani ketika didampingi orang tua. Ini berlaku khusus untuk anak TK dan SD, ya. 🤣
Iya, mereka terlihat lebih siap karena ada tempat buat lendotan, bersandar, bermanja-manja. Beberapa kali Jasmine juga mengungkapkan kalau dia takut takut takut. Tapi saya kembali meyakinkan dia kalau proses disuntik tidak lama, seperti digigit semut saja. Oiya, dia mendapatkan nomor urut dua untuk divaksin. Jadi, dia ada kesempatan melihat temannya yang disuntik.
Saat namanya dipanggil, dia kaget, dong. Saya pun mendampinginya sampai ke meja tiga untuk pelaksanaan vaksinasi. Di sini saya deg-degan sementara anak cengar-cengir karena di seberang meja dihibur oleh guru dan tenaga medis. Sebelum diencus, saya membantu Jasmine membuka separo bajunya karena dia mengenakan baju lengan panjang. Tanpa drama atau rintihan uluh uluh, akhirnya pelukan kencang pun menghampiri tubuh Ibuk. Alhamdulillah...proses pemberian vaksin selesai dan dia tidak menangis! ❤️
"Tuh, kan, vaksin itu ya cuma dicuples dowang pakai jarum suntik." Ucap saya kepada Jasmine sambil merapikan lengan bajunya.
Alhamdulillah proses vaksinasi berjalan lancar. Beberapa guru mendampingi dan mengurus administrasi anak-anak, seluruh tenaga medis terlihat siap dan sigap, dan anak-anak juga terlihat enjoy dengan kegiatan vaksinasi anak. Sambil menunggu cetak kartu hasil vaksinasi sekaligus observasi, kami menunggu di ruang kelas sebelah sambil selfie dan melihat reaksi teman-teman Jasmine yang akan dan sedang divaksin.
Sampai malam hari dan esok harinya, Jasmine tidak mengeluh apa pun setelah vaksin selain lengan yang pegal. Alhamdulillah aman! ❤️
Omong-omong, apakah ada yang punya pengalaman serupa dengan saya, mendampingi vaksinasi anak? Boleh, dong, sharing. 🤗